Kamis, 29 Mei 2014

BERTAHAN ITU JAUH LEBIH SULIT LOH !!!...

Sering kita tidak sadar dengan apa yang kita miliki. Tidak mensyukuri dengan nikmat apa saja yang kita dapatkan. Tidak menghargai apa yang kita miliki. Dan tidak merasa memiliki dan menjaga yang dengan setia menyayangi kita. Itu sering terjadi pada kita yang hanya manusia biasa.

nuraisyahkind.blogspot.com
Alkisah dari temanku yang seorang perempuan sederhana nan biasa. Tak ada yang istimewa dari perawakannya, yang ku tahu bahwa dia mencintai seseorang yang dia sebut kekasihnya. Kisah yang berjalan bertahun-tahun, terpatri dalam hati nama masing-masing. Menyakini bahwa mereka tercipta sebagai jodoh. Suka duka telah ia lalui. Bahkan rencana masa depan sudah dibicarakan bersama. Tak ada yang tertinggal. Semuanya begitu indah mereka rancang. Merangkai hari dengan indahnya bahwa masa depan cerah menanti mereka dalam mahligai keluarga sakinah mawaddah warahmah. Bertahun-tahun menjalin kisah, komunikasi nan mesra ternyata tak jadi jaminan juga. Hal ini dimulai ketika itu.

Saat itu demi kisah mereka temanku yang seorang perempuan yang percaya cinta, berkunjung kerumah yang disebutnya kekasih atas undangan orang tua sang kekasih. Hatinya berbunga-bunga, berharap penuh harap dalam hati bahwa inilah cinta yang mempertemukan mereka. Tetapi ini awal dimana semuanya penuh dengan jalan terjal. Perjuangannya menemui orang tua yang disebut sang kekasih ternyata beralih kerasa sedih. Dia menanggung sedih dalam hati bahwa orang tua yang disebutnya kekasih tak menyetujui hubungan mereka. Dan yang membuatnya begitu terpukul, bahwa orang tua yang disebutnya kekasih itu menudingnya memberikan guna-guna ke lelaki yang disebutnya kekasih. Bagaimana rasanya??? Bayangkanlah sendiri, jika kamu menjadi perempuan sederhana nan biasa itu. Betapa sakit dan remuknya saat itu. Bisa jadi saat orang lain menghina dengan kejelekan dan sebagainya mungkin akan biasa tetapi jika dituduh mengguna-gunai, menggunakan mantra-mantra untuk menarik perhatian lelaki yang disebutnya kekasih, bisa kamu bayangkan rasanya tercabik.

Tetapi perempuan nan biasa itu, tetap dengan tangisannya berharap bahwa Tuhan menunjukkan jodohnya. Dia memaafkan tapi tidak lupa akan rasa sakit itu. Bertahan dengan baiknya hingga masalah itu itu hampir tak berpengaruh lagi padanya dan yang disebutnya kekasih. Tetapi tuhan ternyata punya cara lain untuk memperlihatkan kekuasaannya yang lebih. Bahwa mencintailah dengan normalnya.

Hubungan dengan yang disebut kekasih itu pada akhirnya berada dititik-titik nadir terakhir tak kunjung padam. Hubungan antara ada dengan tiada. Tetapi perempuan nan biasa itu tetap dengan tangisnya bahwa jikalau jodoh mereka akan dipertemukan. Itu berselang lagi, lagi, lagi dan lagi.
karakter13.blogspot.com

Hingga suatu hari...

Selama bertahun-tahun dia menjalani hubungan dengan lelaki yang disebutnya kekasih itu, ada saat dimana ia tak bisa maju atau mundur dari hubungan itu. Ia stagnan ditempat dimana ia berpijak. Ia tak berharap tapi juga berharap tak membuahkan apa-apa. Hingga dia pasarah menjalaninya ketika itu.

Hubungan yang didasari atas komitmen tanpa komunikasi seperti membangun rumah ditepi pantai hanya berpondasikan pasir yang setiap saat bisa ambruk tersapu ombak. Bermula ketika dia berniat bahwa ketika masing-masing dari mereka dilengkapi dengan alat canggih komunikasi akan menghemat uang komunikasi mereka. Dan bisa dengan mudah menjalin komunikasi dimanapun. Dengan niat itu, akhirnya mereka punya alat komunikasi yang bolehlah dibilang hemat, BBM-an.

Iya kan??? Paket sebulan berapa? Apatah lagi dengan seabrek fitur alat komunikasi saat ini. Rasanya untuk mencari alasan bahwa komunikasi tidak bisa terjalin, sepertinya mencari-cari kesalahan.

Akhirnya temanku yang seorang perempuan sederhana nan  biasa menjalin komunikasi dengan lelaki yang disebutnya kekasih via BBM-an. Fitur alat komunikasi saat ini ada banyak, bisa dengan media sosial, FB, Twitter, Wechat dan masih banyak lagi. Rasanya keterlaluan jika komunikasi masih mandek yak...

Dengan kondisi alat komunikasi yang kian canggih mestinya komunikasi antara temanku perempuan sederhana nan biasa dengan lelaki yang disebutnya kekasih itu berjalan lancar. Tapi nyatanya tidak. Itulah petunjuk terakhir yang temanku perempuan sederhana nan biasa itu ingat. Bahwa alat komunikasi, media sosial dan sebagainya tidak juga menjadi bagian dari kerinduan yang dia rangkai ditidurnya untuk dia sampaikan. Dengan alat komunikasi begitu canggih malah tak ada waktu dari lelaki yang dia sebut kekasihnya itu untuk menghubunginya. Terkadang saat dia ngomel-ngomel di beberapa pesan singkat baru dibalas oleh lelaki yang disebutnya kekasih. Ternyata komunikasi mereka jauh dari kata yes.

Temanku, perempuan nan biasa itu, sering menghabiskan waktunya menatap layar Handphonenya, menunggu jika lau sang lelaki yang ia sebut kekasih menelponnya, atau sekedar mengirim pesan singkat mengucapkan selamat siang sore ataukah malam. Saat akan tidur dengan setia menyimpan Handphonenya disisinya, penuh harap ada pesan singkat dari lelaki yang dia sebut kekasih sebelum matanya terpejam. Dan ketika terbangun memeriksa dengan seksama Handphonenya penuh harap ada pesan singkat dari sang lelalki yang dia sebut kekasih.

Terkadang dia menatap lamat-lamat layar Handphonenya, tanpa berkedip menunggu balasan pesan singkat yang dia kirim ke lelaki yang dia sebut kekasih. Dengan sabar dan penuh harapnya dia menunggu balasan. Sangat lama menunggu, hingga bunyi tiiitititt menandakan pesan masuk, yang ternyata balasan seadanya dari pesan singkat yang dia kirim kelelaki yang dia sebut kekasih. Perempuan senderhana na biasa itu masih dengan sabarnya menahan dongkol.

Kali ini, temanku, perempuan nan sederhana itu, tak biasa lagi mengirim pesan singkat, biasanya menelpon, tapi kadang beberapa kali menelpon tak jua diangkat. Hingga mood teman perempuan sederhana na biasa itu pada akhirnya bad juga.

Ia teringat bahwa, lelaki yang dia sebut kekasihnya itu sedang berada ditengah keluarganya yang tak menginginkannya ada diantara mereka. Ia pun galau. Komunikasi sangat susah. Ia pun dengan rajinnya menelpon bahkan walaupun harus berutang dia jabanin dulu. Saat itu dia hanya mengatakan menjaga apa yang dimiliki dan kita sayangi mungkin harus seperti ini.

aslibumiayu.wordpress.com
Hingga suatu malam, saat komunikasi mereka sudah sangat jauh, temanku yang seorang perempuan sederhana nan biasa, berinisiatif untuk memperbaiki komunikasi mereka. Dia menelpon ke lelaki yang dia sebut kekasih. Tapi malam itu semuanya menjadi sia-sia. Dia hanya mendapati suara lelaki yang dia sebut kekasih, lamat-lamat tertawa bercanda dengan teman-temannya diujung telpon. Sementara dia dengan sabarnya menanti dia akan disapa oleh lelaki yang dia sebut kekasih. Semua pesan singkat yang menandakan bahwa lelaki yang dia sebut kekasih itu tidak bisa mengajaknya berbicara ditelpon karena bersama teman-temannya. Perempuan sederhana nan biasa itu mulai berpikir. Lelaki yang dia sebut kekasih itu baik-baik saja dan dengan entengnya bersantai bersama teman-temannya, berarti selama ini dia tidak ada masalah dengan komunikasi itu.

Perempuan sederhana nan biasa itu, seperti kehabisan oksigen, tersengal-sengal. Jadi, selama ini dia berusaha bertahan, menjaga hubungan, menjalin komunikasi, tetapi ternyata lelaki yang dia sebut kekasih itu biasa saja padanya. Tidak peduli dengan hubungan ini. Komitmen yang dia bangun bersama selama ini dia cari tapi tidak jua dia temukan. Ternyata hanya dia yang PEDULI akan hubungan ini. Dia tidak kaget akan hal itu, tapi kejelasannya baru dia lihat saat ini. Karena sebelumnya sudah banyak kali lelaki yang dia sebut kekasih itu membuatnya menangis karena komunikasi. Tapi matanya terbuka dengan jelas. Arah mana yang ia akan jalani. Temanku perempuan sederhanan nan biasa itu menanggapinya dengan bijak.


Kini ia dengan legowo menerima kelakuan lelaki yang dia sebut kekasih. Tidak bermaksud balas dendam dia pun kini kadang-kadang membalas pesan singkat lelaki yang dia sebut kekasih hanya untuk menjaga hatinya agar tidak terlalu terluka jika berharap banyak. Ia pun kini lebih bijak memandang tentang jodoh. Tak lagi menggebu-gebu mengejar lelaki yang dia sebut kekasih. Kini hanya menunggu lelaki yang akan dia panggil suami yang sengaja dikirimkan tuhan untuknya. Ia hanya menghubungi lelaki yang dia sebut kekasih jika itu penting. Juga sudah menghapusnya dalam daftar pertemanan BBM-an yang pernah membuatnya galau setengah mati. Kini ia tetap perempuan sederhana nan biasa hanya saja dia lebih bijak dan tenang menunggu apa yang ditakdirkan untuknya.


Penulis: Sitti Marlina


Tidak ada komentar:

Posting Komentar