Sabtu, 29 Maret 2014

LELAKI : APA MAUNYA PEREMPUANKU?

Kita sering mendengar pertanyaan klise para pria tentang keinginan seorang perempuan. Apa yang diingikan oleh kaum hawa? Aku harus bagaimana membuatnya mengerti? Apa maunya wanitaku?

arumsfidget.blogspot.com
Kaum Adam, tahukah bahwa kaulah yang menjadi penopang perempuan, kaulah yang menjadi alasan kenapa ia menghabiskan waktu semalam suntuk untuk menangisi, kaulah alasan mengapa dia menyimpan luka begitu dalam dikebisuannya, kaulah alasan kenapa ia begitu kuat menahan cemoohan orang, kaulah alasan dia berusaha menjadi yang terbaik agar kau tak berpaling, kaulah kaulah dan kaulah yang membuatnya terluka sehingga hatinya membeku tak bisa menerima yang baru. 

Masihkah kau meragukannya? Yang dalam kerinduannya berusaha menahan kesedihan dalam pojok kamar merindumu. Menuliskan kisah dukanya dalam diary tanpa kau ketahui bagaimana ia melewati hari saat kau mengabaikannya. Kau mungkin tak memikirkan itu karena kau sibuk memikirkan bagaimana membahagiakannya. 

Perempuan itu sederhana, materi boleh kau hujankan dalam kehidupannya, tapi yang sungguh kau tak sadari bahwa kau tak memperlakukannya dengan rasa. Jika kau memperlakukannya dengan rasa, maka kau akan dihadiahkan pengabdian seumur hidupnya untukmu. 

Penulis: Sitti Marlina

Jumat, 28 Maret 2014

DI BELAHAN DUNIA LAIN


PART 2
Gemuruh hati menertawakan rasa dalam hatiku. Hatiku berkecamuk diserang badai tak henti di Maret ini. Tak ada yang rela hatinya dicabik-cabik oleh siapapun bahkan oleh orang paling kita cintai. Kehidupanku berubah berbalik ketitik mendekati nol. Cobaan finansial menghantamku dengan ganasnya tanpa ampun. Dan, tak ada siapapun yang bersedia disampingku kala itu, termasuk Dia yang kata orang akan ada saat kita terjatuh. Bahkan aku makin jauh darinya. Tersadar bahwa level kepantasan jauh ketika kita terpuruk. Dan akan sangat pantas jika dia tidak ada saat kita terpuruk. 

riahidayah.blogspot.com 

Ku ikhlaskan, merelakan segenap hati menerima hantaman wajah beringas yang menatapku ketika aku meminta bantuannya di pagi itu. Ku sembunyikan kegelisahanku dan menenangkan diri dengan penuh kesabaran. Sepertinya hatiku menangis kala mendapati laku itu, tapi apa daya kala itu aku sedang tidak berdaya. Mungkin karena itulah yang membuatku kuat berjalan kaki, menghapus peluh demi tidak melihat wajah yang membuatku menangis pagi itu karena bantuannya. Ku tahu pasti levelku jauh dibawah ketika aku tak punya apa-apa. Seperti saat ini. Mungkin hal itulah yang membuatnya memperlakukan seperti itu.

Tak ada yang mesti disesali akan rasa yang terlanjur hinggap dan menjadi candu yang bahkan tidak bisa dilepaskan ketergantungannya. Rindu menjadi ketakutan yang tak berujung. Kesendirian mengatakan banyak hal yang sejak semula mestinya ku sadari. Perlakuan, sikap dan rasa itu sangat jauh berbeda jika dibanding dulu. Ketika kita berbicara dulu perbedaan itu signifikan. Dia yang dulu dan dia yang sekarang. 

Tapi biarlah, tak usah ada penyesalan mesti hati menangis mengingat lakunya. Mungkin saat ini dia adalah kiriman tuhan untuk menguji kekuatan dan kesabaranku menghadapi cobaanya. Semoga saja sabar terus merengkuhku dalam langkah yang akan ku tempuh. 

Ku ayunkan langkah dan berharap mentari bersinar tapi tidak menyengat permukaan kulitku hingga terluka. Seperti harapanku, kau akan menyinariku, tidak hingga aku merasa sesak karenamu.

Bersambung...

Penulis: Sitti Marlina