Puisi ini hasil karya dari santri-santri MA PPAW. Sengaja saya publish agar para penikmat puisi bisa membaca karya mereka seadanya yang masih butuh saran dan kritikan.
Suara Hati
Karya : Ilham Nurhidayat
Di wajahmu ku lihat ada
pelangi
Yang menyinari wajah yang
ayu
Bagaikan bunga mawar yang
begitu indah
Wangimu tak akan pernah
pudar
Ada senyum yang begitu
manis
Moga saja tak akan ternodai
Rindu yang membara di hatiku
Bagaikan angin yang
berdesir
Bagaikan air yang mengalir
Kasihku...
Aku rindu
Walaupun kau tak sempurna
Walaupun kau tak kaya
Namun, akhlaklah yang
memperindahmu
Walaupun kilauan menggoda
Aku takkan menduakanmu
Akan selalul tegak untukmu
Tak akan pernah runtuh
Walau ditelan banjir
Sayangku, Kita begitu Dekat
Oleh: Muhammad As’ad
Sayangku...
Kita begitu dekat
Seperti api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Sayangku...
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Sayangku...
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan
arahannya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini nyala
Pada lampu padamu
Andaiakan engkau membelah
dadaku
Maka di dalam hatiku
tertulis
Aku cinta kamu
Aku
Oleh: Muhammad Ramadhan
Beginilah hidupku
Tanpa ayah tanpa ibu
Betapa malang nasibku
Duniaku jadi kelabu
Bercucuran air mataku
Jika aku mengenang nasibku
Tapi ini takdir tuhan maha
tahu
Kita tak boleh menggerutu
Ibu
Oleh: Muhammad Rasyid
Kasih sayangmu yang selama
ini kau berikan kepadaku
Butiran air mata yang
bercucuran untukku.
Namun tiada daya dan upaya
untukku mengganti itu semua
Walaupun jiwa dan raga ini
ku pertaruhkan untuk ibu
Ku hanya bisa duduk
bersimpung
Dengan penuh harap
Dengan cucuran air mata
kepada sang khaliq
Karena hanya doalah yang
dapat menghantarkan ibu
Kedepan gerbang kebahagian
yang hakiki
Cinta yang terlupakan
Oleh: Rahmat Ardiansyah
Ku lewati hari dengan
senyuman
Dengan doa juga usaha
Hitam putih ku temui
Pahit getir ku rasakan
Salah benar pun ku jalani
Dan diantaranya...
Ku temukan kau
Kau yang jujur telah
membuka satu lembaran kisah dalam hidupku
Kau yang beri semangat
untukku terus menatap dunia
Walau semua yang ku lihat
tentangmu
Namun ku yakin kau ada dan
selalu ada
Hari tak terasa terus
berlalu
Setahun...
Dua tahun...
Tiga tahun...
Banyak kisah yang telah
kita buat
Walau hanya kita yang tahu
tentang kita
Walau tak seorangpun yang
mengerti tentang kita
Oh Api Bakarlah Dosaku
Oleh: Idham Khaliq
Selama nafas masih menaluri
Selama jantung masih
memukul
Wahai api bakarlah dosaku
Biar mengadu, biar mengeluh
kepada tuhanku
Seperti wajah merah membara
Dalam kobaran nyala api
Biar dosaku habis terbakar
Dalam kobaran nyala api
Dan membuat jiwaku kembali
bersih
Sudirman
Oleh: Muhammad Taufik
Kaulah pahlawanku
Pejuang dan pembela
bangsaku
Jiwamu kukuh tak muda
runtuh
Laksana ombak di lautan
biru
Sudirman...
Musuh datang
Segera kau lawan
Cintaku
Oleh: Muhammad Husni M
Katakan padanya bahwa
cintaku tak diikat dunia
Katakan bahwa dunia pecah,
ambruk dan terbakar
Jika tak menanggungnya
Dunia sibuk merajut
jeratan-jeratan
Mempersulit diri dengan
ikatan-ikatan
Dimuati manusia yang antri
panjang memasuki sel-sel penjara
Katakan padanya bahwa kasih
sayangku
Tak terpanggul oleh ruang
waktu
Katakan bahwa kasih
sayangku perlu berulangkali
Agar berulangkali hidup
kembali
Perpisahan
Oleh: Ahmad Ali Imran
Rintihan demi rintihan air
mata
Ku peluk mesra saat kita
berpisah
Satu yang ku pinta setialah
padaku
Hanya dirimu yang ku cinta
Lambaian tangan mengiringi
langkahku
Terasa berat kau melepas
diriku
Tiada niat untuk kita
berpisah
Janganlah ragu duhai
sayangku
Dermaga menjadi saksi bisu
Walau aku meninggalkanmu
Namun hati ini terasa berat
Pahi manis ku kecap jua
Tak seorangpun yang
terindah di ruang kalbuku
Selain dirimu yang ku
sayang
Kau pelipur hati di
sanubariku
Pelipur lara, suka dan duka
Sabarlah adindaku, pasti
aku kembali
Sabarlah oh sayangku, hati
ini hanya milikmu
Penantian
Oleh: Aidil Febri
Ku menatapmu dalam kejauhan
Berharap kau balas
menatapku
Namun itu hanya mimpi
Seringkali aku mengatakan
padamu
Bahwa aku mencintaimu
Aku menyayangimu
Aku ingin memilikimu
Namun mimpi tinggallah
mimpi
Satu harapan dan penatian
yang tak kunjung terbalaskan
Tiap malam ku selalu berdoa
Berharap pada tuhan
Agar kau tahu
Tulusnya rasaku padamu
Lewat dinginnya malam kian
menusuk kulitku
Tak hentinya ku menanti
Kau balas semua perasaanku
Namun penantian hanya
penantian
Kau tak mungkin ku gapai
Karena kau bagai bintang di
langit
Dan aku hanya manusia biasa
Yang tak mungkin ku gapai
Di bawah Pohon Jambu
Oleh: Ade Saputra
Kami duduk berdua
Di bangku halaman rumahnya
Di bawah pohon mangga di
halaman rumah itu
Berbuah dengan lebat
Dan kami senang
memandanginya
Angin yang lewat memainkan
daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya
Mengapa kancing bajumu
lepas terbuka?
Dan aku hanya tertawa
Lalu ia pasangkan dengan
mesra
Sebuah peniti menutup
bajuku
Sementara itu
Aku bersihkan daun mangga
yang mengotori rambutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar