Senin, 12 November 2012

PUISI MEREKA


Puisi ini hasil karya dari santri-santri MA PPAW. Sengaja saya publish agar para penikmat puisi bisa membaca karya mereka seadanya yang masih butuh saran dan kritikan. 

Suara Hati
Karya : Ilham Nurhidayat
Di wajahmu ku lihat ada pelangi
Yang menyinari wajah yang ayu
Bagaikan bunga mawar yang begitu indah
Wangimu tak akan pernah pudar

Ada senyum yang begitu manis
Moga saja tak akan ternodai
Rindu yang membara di hatiku
Bagaikan angin yang berdesir
Bagaikan air yang mengalir

Kasihku...
Aku rindu
Walaupun kau tak sempurna
Walaupun kau tak kaya

Namun, akhlaklah yang memperindahmu
Walaupun kilauan menggoda
Aku takkan menduakanmu
Akan selalul tegak untukmu
Tak akan pernah runtuh
Walau ditelan banjir


Sayangku, Kita begitu Dekat
Oleh: Muhammad As’ad
Sayangku...
Kita begitu dekat
Seperti api dengan  panas
Aku panas dalam apimu

Sayangku...
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Sayangku...
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahannya

Kita begitu dekat

Dalam gelap
Kini nyala
Pada lampu padamu

Andaiakan engkau membelah dadaku
Maka di dalam hatiku tertulis
Aku cinta kamu

Aku
Oleh: Muhammad Ramadhan

Beginilah hidupku
Tanpa ayah tanpa ibu
Betapa malang nasibku
Duniaku jadi kelabu

Bercucuran air mataku
Jika aku mengenang nasibku
Tapi ini takdir tuhan maha tahu
Kita tak boleh menggerutu


Ibu
Oleh: Muhammad Rasyid

Kasih sayangmu yang selama ini kau berikan kepadaku
Butiran air mata yang bercucuran untukku.
Namun tiada daya dan upaya untukku mengganti itu semua
Walaupun jiwa dan raga ini ku pertaruhkan untuk ibu

Ku hanya bisa duduk bersimpung
Dengan penuh harap
Dengan cucuran air mata kepada sang khaliq
Karena hanya doalah yang dapat menghantarkan ibu
Kedepan gerbang kebahagian yang hakiki

Cinta yang terlupakan
Oleh: Rahmat Ardiansyah
Ku lewati hari dengan senyuman
Dengan doa juga usaha
Hitam putih ku temui
Pahit getir ku rasakan
Salah benar pun ku jalani
Dan diantaranya...
Ku temukan kau

Kau yang jujur telah membuka satu lembaran kisah dalam hidupku
Kau yang beri semangat untukku terus menatap dunia
Walau semua yang ku lihat tentangmu
Namun ku yakin kau ada dan selalu ada
Hari tak terasa terus berlalu
Setahun...
Dua tahun...
Tiga tahun...
Banyak kisah yang telah kita buat
Walau hanya kita yang tahu tentang kita
Walau tak seorangpun yang mengerti tentang kita


Oh Api Bakarlah Dosaku
Oleh: Idham Khaliq
Selama nafas masih menaluri
Selama jantung masih memukul
Wahai api bakarlah dosaku
Biar mengadu, biar mengeluh kepada tuhanku

Seperti wajah merah membara
Dalam kobaran nyala api
Biar dosaku habis terbakar
Dalam kobaran nyala api
Dan membuat jiwaku kembali bersih

Sudirman
Oleh: Muhammad Taufik

Kaulah pahlawanku
Pejuang dan pembela bangsaku
Jiwamu kukuh tak muda runtuh
Laksana ombak di lautan biru
Sudirman...
Musuh datang
Segera kau lawan

Cintaku
Oleh: Muhammad Husni M
Katakan padanya bahwa cintaku tak diikat dunia
Katakan bahwa dunia pecah, ambruk dan terbakar
Jika tak menanggungnya

Dunia sibuk merajut jeratan-jeratan
Mempersulit diri dengan ikatan-ikatan
Dimuati manusia yang antri panjang memasuki sel-sel penjara

Katakan padanya bahwa kasih sayangku
Tak terpanggul oleh ruang waktu
Katakan bahwa kasih sayangku perlu berulangkali
Agar berulangkali hidup kembali

Perpisahan
Oleh: Ahmad Ali Imran
Rintihan demi rintihan air mata
Ku peluk mesra saat kita berpisah
Satu yang ku pinta setialah padaku
Hanya dirimu yang ku cinta

Lambaian tangan mengiringi langkahku
Terasa berat kau melepas diriku
Tiada niat untuk kita berpisah
Janganlah ragu duhai sayangku
Dermaga menjadi saksi bisu
Walau aku meninggalkanmu
Namun hati ini terasa berat
Pahi manis ku kecap jua

Tak seorangpun yang terindah di ruang kalbuku
Selain dirimu yang ku sayang
Kau pelipur hati di sanubariku
Pelipur lara, suka dan duka

Sabarlah adindaku, pasti aku kembali
Sabarlah oh sayangku, hati ini hanya milikmu

Penantian
Oleh: Aidil Febri
Ku menatapmu dalam kejauhan
Berharap kau balas menatapku
Namun itu hanya mimpi

Seringkali aku mengatakan padamu
Bahwa aku mencintaimu
Aku menyayangimu
Aku ingin memilikimu

Namun mimpi tinggallah mimpi
Satu harapan dan penatian yang tak kunjung terbalaskan

Tiap malam ku selalu berdoa
Berharap pada tuhan
Agar kau tahu
Tulusnya rasaku padamu

Lewat dinginnya malam kian menusuk kulitku
Tak hentinya ku menanti
Kau balas semua perasaanku

Namun penantian hanya penantian
Kau tak mungkin ku gapai
Karena kau bagai bintang di langit
Dan aku hanya manusia biasa
Yang tak mungkin ku gapai


Di bawah Pohon Jambu
Oleh: Ade Saputra
Kami duduk berdua
Di bangku halaman rumahnya
Di bawah pohon mangga di halaman rumah itu
Berbuah dengan lebat
Dan kami senang memandanginya

Angin yang lewat memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya
Mengapa kancing bajumu lepas terbuka? 
Dan aku hanya tertawa
Lalu ia pasangkan dengan mesra
Sebuah peniti menutup bajuku
Sementara itu
Aku bersihkan daun mangga yang mengotori rambutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar